Produsen mobil terbesar di dunia yang berbasis di Jepang, Toyota Motor Corp., telah menarik jutaan unit mobil produksinya karena bermasalah dengan standar keselamatan. Namun, sebagai pasar terbesar Toyota, Amerika Serikat (AS) tetap melakukan penyelidikan atas ketidakberesan mobil-mobil buatan Toyota.
Hasilnya, sejak tahun 2.000 terdapat 34 kematian, diduga terkait dengan faktor keselamatan mobil Toyota, yang dianggap di bawah standar. Demikian menurut data konsumen yang dihimpun oleh lembaga survei pemerintah AS.
Sementara itu, jumlah keluhan mengenai standar keselamatan mobil Toyota kian meningkat. Badan Keselamatan Lalu-lintas AS (NHTSA) mengungkapkan dalam seminggu terdapat hampir 1.000 keluhan atas mobil hibrida Toyota Prius terkait dengan masalah pada sistem pengereman dan isu-isu lain.
Juru bicara Departemen Transportasi AS, Olivia Alair, mengungkapkan bahwa NHTSA segera mengumpulkan informasi, termasuk berbagai keluhan, untuk menjadi masukan bagi pemerintah dalam menguji keselamatan pada mobil-mobil keluaran terbaru.
Dalam tiga pekan terakhir, pemerintah mendapat laporan dari konsumen atas sembilan kasus kecelakaan yang menyebabkan 13 korban tewas antara tahun 2005 hingga 2010. Menurut pusat data NHTSA, penyebab kasus-kasus tabrakan itu diduga terkait dengan masalah akselerasi mobil Toyota yang dikendarai korban.
Laporan dalam tiga pekan terakhir itu menambah data NHTSA, yang telah menerima informasi dari para konsumen atas 21 kasus kematian periode tahun 2000 hingga akhir 2009 terkait dengan keamanan mobil Toyota.
Sejak memulai investigasi atas Toyota Prius pada 3 Februari lalu, NHTSA langsung menerima 124 keluhan konsumen gelombang pertama. Kemudian pada 11 Februari, jumlah keluhan meningkat pesan menjadi 1.120 keluhan. Diantara keluhan-keluhan itu terdapat kasus yang mengakibatkan 34 kasus tabrakan.
Toyota sendiri dalam empat bulan terakhir telah menarik sedikitnya 8,5 juta unit mobil dari manca negara. Mobil-mobil mengalami masalah beragam, mulai dari pedal gas yang bermasalah, tata letak karpet pada lantai yang mengganggu kerja pedal gas hingga masalah sistem pengereman.
Masalah yang terkait dengan keselamatan berkendara itu mengancam reputasi Toyota sebagai produsen mobil nomor satu di dunia. Bahkan, Presiden Toyota, Akio Toyoda, sudah dua kali minta maaf di depan publik atas masalah itu. (Associated Press)